PT Len Industri (Persero) selaku induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertahanan Defend ID meramal Indonesia baru merdeka dari impor Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dalam 15 tahun ke depan.
Bos PT Len Industri Bobby Rasyidin menyebut pemenuhan Alutsista dari produk anak bangsa menjadi amanah bagi Defend ID. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya subtitusi impor, menjaga kemandirian teknologi pertahanan, hingga mulai mempunyai teknologi buatan Indonesia.
“Walaupun ini bukan hal yang gampang, kita harus pilih dan pilah mana yang harus kita kuasai dulu. Alhamdulillah senjata ringan kita sudah tidak impor lagi, amunisi sudah tak impor lagi, kendaraan operasional, kendaraan taktis, kita sudah jauh produksi di dalam negeri dibanding impor,” jelasnya dalam Ngopi BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (10/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Bagaimana kapal perang kita hampir 100 persen sudah produksi dalam negeri. Kapan semuanya (bebas impor)? Ya itulah yang kita camkan, which is, dalam 10 tahun-15 tahun ke depan kita sudah sanggup membuat jet tempur,” sambung Bobby.
Ia lantas menyinggung proyek kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan dalam menggarap jet tempur KF-21. Bobby menyebut Defend ID berpartisipasi aktif dalam menjalankan proyek tersebut.
“Banyak juga kerja sama pengembangan teknologi dengan teknologi owner-nya. Diharapkan 10 tahun-15 tahun kita bisa mandiri (bebas impor),” tegasnya.
![]()
|
Di lain sisi, ia ikut menyoroti konflik geopolitik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Menurutnya, peperangan yang pecah di negara lain umumnya bakal membuat saham industri pertahanan meroket.
Namun, ada dampak buruk yang ditimbulkan, yakni proses pembuatan Alutsista menjadi molor. Bahkan, beberapa negara menutup ekspornya di tengah konflik geopolitik, termasuk Pemerintah China yang tak lagi menjual drone ke negara lain.
“Alhamdulillah dari buahnya konflik, konflik, konflik ini tak ada yang mampir di industri pertahanan kita, jadi ekspor kita tidak terpengaruh sama sekali. Tak ada yang minta. Dari sisi baiknya, senjata kita tidak digunakan untuk bunuh manusia. Itu yang paling penting, positifnya,” kata Bobby.
“Konflik ini (Israel-Palestina) tidak terjadi kemarin saja. Ketika Rusia invasi ke Ukraina, itu hampir semua saham industri pertahanan terbang karena backlog-nya jadi panjang. Misal Lockhead Martin yang bikin pesawat di sana 2 tahun, sekarang kalau gak salah jadi 7 tahun-8 tahun. Jadi order hari ini, baru 8 tahun lagi pesawatnya ada,” tandasnya.
Khusus dengan Israel, Defend ID menegaskan sama sekali tidak ada kerja sama dengan negara tersebut. Lalu, Bobby mengklaim Pemerintah Indonesia memang melarang BUMN pertahanan menyuplai senjata ke negara yang sedang berkonflik.
(skt/agt)